Membuat Keputusan
Melalui kelas ini, kamu diajak untuk:
- Mengenal cara kerja titik buta manusia terhadap pembuatan keputusan.
- Mengidentifikasi langkah-langkah memanfaatkan titik buta untuk memotivasi berpikir kritis.
Pengantar
Berpikir kritis digunakan untuk membuat keputusan rasional dalam mempercayai dan melakukan sesuatu. Dalam praktiknya, keputusan-keputusan rasional tak bisa sepenuhnya lepas dari subjektivitas. Bias akan selalu hadir lewat titik buta pengetahuan yang tidak kita miliki. Tapi bukan berarti kita tak dapat meningkatkan kualitas keputusan melalui titik-titik buta tersebut.
Mempercayai Intuisi
Setiap orang berintuisi. Intuisi berarti mempercayai sesuatu tanpa alasan yang jelas. Banyak keputusan berasal dari intuisi. Dari definisinya, intuisi bertolak belakang dengan berpikir kritis. Tapi pada praktiknya, intuisi dapat memotivasi kita untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis sebagai dasar pembuatan keputusan.
Pertanyaannya, kapan kita dapat mempercayai intuisi kita? Ada tiga cara mengetahui kapan intuisi dapat berguna sebagai bagian dari proses membuat keputusan.
Ketuk untuk melihat lebih lanjut.
Pola
Misal kita sering melihat kecenderungan hubungan yang baik antar anggota tim berpengaruh positif terhadap kualitas kinerja mingguan. Pola ini dapat membentuk intuisi. Contoh lain, kita berintuisi seseorang yang baru kita temui sedang marah karena ia menolak kontak mata. Tanpa pola yang sering terjadi, intuisi tak bisa diandalkan.
Pengalaman
Pengalaman juga berkontribusi terhadap intuisi. Misal dalam melihat strategi mengelola konten, intuisi seorang content strategist senior lebih dapat diandalkan ketimbang mereka yang belum pernah terpapar akan strategi-strategi manajemen konten.
Feedback
Saat intuisi mampu mendapatkan feedback langsung dan cepat, kita dapat mengonfirmasi kualitas intuisi tersebut. Jika intuisi kita membutuhkan feedback yang lama (beberapa bulan hingga beberapa tahun), intuisi perlu dihindari dalam membuat keputusan.
Alternatif Kejadian Masa Lalu
Titik buta tak hanya hadir dari hal-hal yang belum terkonfirmasi. Ia dapat hadir dari kejadian-kejadian masa lalu dan apa yang akan terjadi jika kita menggunakan alternatif lain. Memikirkan alternatif lain dari kejadian masa lalu disebut sebagai berpikir secara kontrafaktual. Cara berpikir seperti ini digunakan untuk menganalisis alternatif tindakan dan konsekuensi hasilnya.
Kontrafaktual sendiri terbagi menjadi dua, yaitu kontrafaktual ke atas dan ke bawah. Kontrafaktual ke atas adalah kontrafaktual dengan hasil alternatif yang lebih baik. Contohnya, jika kita melakukan B ketimbang A, mungkin kita akan mendapatkan keuntungan tertentu. Sebaliknya kontrafaktual ke bawah berarti hasil alternatif lebih buruk jika sebuah faktor dimodifikasi.
Ikuti langkah-langkah di bawah ini:
- Identifikasi peristiwa masa lalu dengan hasil yang tidak terduga.
- Identifikasi faktor-faktor (internal dan eksternal), termasuk yang luput dari penilaian sebelumnya, di sepanjang jalan menuju hasil.
- Pilih satu atau beberapa faktor di waktu tertentu untuk dimodifikasi.
- Analisis konsekuensi modifikasi tersebut, gunakan ragam perspektif dan referensi informasi.
- Hasilkan dua jenis kontrafaktual, ke atas dan ke bawah.
Mempercayai Intuisi
Saat dihadapkan pada ketidakpastian hasil, kita mungkin cenderung memilih untuk menghindari kerugian ketimbang mengambil kesempatan meraih keuntungan. Hal ini disebut sebagai dilema ketidakpastian hasil.
Misal kita memiliki kualitas pembuatan keputusan yang baik. Kita telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan relevan, mengumpulkan informasi, menarik ragam perspektif, menggugat informasi, dan menarik kesimpulan. Namun karena ketidakpastian hasil amat menakutkan dan dilematis, kita tak lagi percaya diri dengan kualitas keputusan kita.
Dilema ketidakpastian hasil adalah salah satu titik buta yang paling berpengaruh pada pembuatan keputusan. Kita dapat mengelola respons atas dilema ini dengan memisahkan kualitas keputusan dengan kualitas hasil.
Geser untuk melihat tips-tipsnya.
Pro Tips
- Dalam membuat keputusan, manusia tak jarang mengandalkan titik-titik buta yang dimilikinya, misal dengan menggunakan intuisi dan merumuskan alternatif berdasarkan kejadian masa lalu.
- Di sisi lain, titik buta juga berpotensi menghambat proses pembuatan keputusan, misalnya melalui dilema ketidakpastian hasil. Untuk merespons dilema ini, kita perlu mengulas kembali setiap proses pembuatan keputusan guna memastikan kualitasnya.
Kuis
Dalam menggunakan cara berpikir kontrafaktual, apa langkah yang pertama dilakukan setelah mengidentifikasi kejadian spesifik di masa lalu?