Prinsip Aksesibilitas dalam Produk Digital

Melalui kelas ini, kamu diajak untuk:

  • Memahami keterbatasan penyandang disabilitas dalam menggunakan produk website.

Mengapa Harus Aksesibel?

Rancangan produk digital berjalan dengan satu mantra: Membuat produk untuk user. Semakin mudah digunakan oleh banyak user, semakin teruji kualitas produk digital.

Sayangnya, tidak semua platform benar-benar merancang produk yang menaruh empati pada usernya. Desain asal meriah, fitur rumit, dan navigasi tidak jelas, membuat beberapa user yang memiliki keterbatasan fisik kesulitan menggunakannya. Kemauan untuk menyediakan website yang benar-benar melayani penyandang disabilitas kerap disanggah oleh anggapan kecilnya kelompok tersebut.

Setidaknya ada 15% penyandang disabilitas di seluruh dunia. Keterbatasan fisik tidak selalu berasal dari lahir, tapi juga karena penyakit atau insiden. Tidak ada ruginya kan membuat website yang benar-benar aksesibel?

Jenis Disabilitas

Website yang aksesibel harus mampu digunakan dengan mudah oleh para user penyandang disabilitas. Mulai dari tampilan visual, navigasi, hingga interaksi antar-fitur, harus mampu mengakomodir segala macam keterbatasan. Berikut jenis keterbatasa user penyandang disabilitas:


Suara

Penyandang disablitas yang terbatas dalam menangkap suara, baik daya pendengaran yang melemah akibat usia atau tunurungu sepenuhnya.

Fisik

Keterbatasan motorik akibat psikologis dan neurologis. Begitu juga dengan kelemahan koordinasi tubuh atau ketiadaan bagian tubuh sejak lahir.

Wicara

Kesulitan menghasilkan suara yang dapat mengganggu beberapa website atau platform yang navigasinya membutuhkan audio.

Visual

Bukan hanya tunanetra, banyak user mengalami gangguan penglihatan dalam berbagai tingkat. Belum lagi keterbatasan visual seperti fobia dan motion sickness


Kendala yang Sering Dihadapi

Saat ini telah banyak teknologi yang khusus dirancang untuk penyandang disabilitas dengan berbagai fitur navigasi dan peranti tambahan. Tapi, prinsip aksesibilitas tidak seharusnya eksklusif melihat adanya keterbatasan fisik non-bawaan lahir dengan jumlah cukup banyak.

Kita harus benar-benar empati dengan kondisi user. Mari kita lihat kesulitan yang kerap muncul ketika user yang mengalami keterbatasan fisik berselancar di website. Ketuk bagan di bawah ini:

Suara

Kecanggihan konten audio tidak bisa dinikmati oleh semua user. Terlalu mengandalkan konten audio akan membuat user dengan keterbatasan terhadap respons suara menghadapi kendala seperti berikut:

  • Tidak adanya transkrip terjemahan dari konten video.
  • Tidak adanya pengontrol volume suara.
  • Platform yang terlalu mengandalkan interaksi voice-only.
  • Kurangnya penanda visual yang membuat konten sulit dicerna.
Fisik

Mekanisme navigasi yang tidak konsisten dan terlalu rumit dapat menghambat penggunaan. Kerumitan ini semakin menyulitkan bagi para user dengan keterbatasan fisik. Berikut contohnya:

  • Penggunaan navigasi seperti tombol (baik fungsi maupun bentuk) yang tidak umum.
  • Tidak ada tombol berhenti untuk konten video.
  • Terlalu mengandalkan kursor dan meminggirkan peran keyboard dalam proses navigasi.
  • Tidak adanya fitur yang dapat membantu user ketika menghadapi kendala navigasi.
Wicara

Fitur yang mengandalkan telewicara akan mengorbankan user yang memiliki keterbatasan. Bahkan dalam website berbentuk statis, banyak perancang produk mengharuskan proses interaksi wicara. Berikut kendalanya:

  • Penggunaan navigasi seperti tombol (baik fungsi maupun bentuk) yang bergantung pada suara.
  • Website yang menggunakan nomor telepon sebagai satu-satunya cara bagi user untuk menghubungi pemilik platform.
Visual

Banyak website lebih mengutamakan aspek estetis dan elemen interaktif yang begitu meriah. Dalam membuat ilustrasi, jangan sampai tampilan yang seharusnya mempercantik malah mengganggu. Berikut jenis-jenis gangguan yang mungkin muncul:

  • Kontras warna yang terlalu mencolok antara foreground dan background.
  • Ukuran aset file yang terlalu besar sehingga sulit diakses di koneksi rendah dan spesifikasi gawai minim.
  • Ukuran teks yang terlalu kecil atau penggunaan font yang tidak terlalu jelas.

Standar

Dengan beragam jenis user yang harus dinaungi dalam prinsip aksesibilitas, dunia pemrograman website kemudian mengenal satu payung standar perancangan. Prinsipnya setiap user dapat mendapat, melibatkan diri, dan menikmati informasi atau layanan yang sama di dalam platform.

Untuk itu, hadir standar Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) sebagai kerangka acuan aksesbilitas. WCAG menaungi sebuah proses desain dan penggunaan yang bersifat universal. Berikut standarnya:

Perceivable

Informasi dan tampilan harus dapat direspons secara seragam oleh semua user bagaimanapun caranya. Konten harus bisa diakses dalam setiap ukuran gawai, dan tidak ada informasi yang hilang ketika aset visual yang berat (gambar atau video) tidak bisa terbuka.

Operable

Menempatkan keyboard dan mouse/kursor secara setara, sehingga setiap user tak perlu bergantung dengan satu jalur navigasi.

Understandable

Informasi dan pengoperasiannya yang mudah dipahami. Setiap konten harus mudah dibaca, dan terbantu oleh navigasi yang mudah dicerna serta membantu user agar tidak tersesat.

Robust

Platform dapat berjalan mulus di berbagai jenis gadget, kualitas jaringan, dan browser. Konten ditopang oleh platform yang dimungkinkan dapat diakses lewat berbagai peranti penyandang disabilitas seperti assistive technology.

RANGKUMAN

  • Aksesibilitas dalam website bukan sekadar jargon, tapi proses perancangan sebuah platform yang dengan mudah diakses oleh para user apapun latar belakangnya.

Kuis

Bagaimana cara mempermudah user dengan keterbatasan fisik?

Selamat, Anda telah menyelesaikan pelajaran ini
Klik untuk menyelesaikan